Berdiri ku disini hanya untukmu
Dan yakinkan ku untuk memilihmu
Dalam hati kecilku inginkan kamu
Berharap untuk dapat bersamamu
Aku kan ada untuk dirimu
Dan selalu tuk mu
Terlukis indah raut
Wajahmu dalam benakku
Berikan ku cinta terindah
Yang hanya untukmu…
Tertulis indah puisi cinta
Dalam hatiku
Dan aku yakin kau memang
Pilihan hatiku
Dalam hati kecilku inginkan kamu
Berharap untuk dapat bersamamu





Berdiri ku disini hanya untukmu
Dan yakinkan ku untuk memilihmu
Dalam hati kecilku inginkan kamu
Berharap untuk dapat bersamamu
Aku kan ada untuk dirimu
Dan selalu tuk mu
Terlukis indah raut
Wajahmu dalam benakku
Berikan ku cinta terindah
Yang hanya untukmu…
Tertulis indah puisi cinta
Dalam hatiku
Dan aku yakin kau memang
Pilihan hatiku
Dalam hati kecilku inginkan kamu
Berharap untuk dapat bersamamu

Marquee





Minggu, 14 November 2010

Pertemuan cinta ''Wallahu a’lam''

| |

PERTEMUAN CINTA
SESUATU YANG TIDAK DIBAYANGKAN, jika itu memang kehendak-Nya, terjadi. Sekarang membuatku terheran-heran. Darimana datangnya? Bagaimana bisa timbulnya? Ah… aku seperti kembali di dalam keterasingan. Kenapa aku ini? Bukankah hutan rimbaku sudah kutinggalkan? Kenapa pula mesti bertanya? Padahal tak ada hakku atasnya:
“Dia tidak ditanya tentang apa yang telah diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai.” (QS 21:23)
Seakan aku mulai tersesat lagi di belantaranya?Tidak. Kali ini bukan hutan rimba atau belantara. Tapi taman yang menyenangkan. Lihat saja itu air sejuk kolamnya. Mata air mancurnya. Bunga melati rosnya. Bukit terjun airnya. Hm… betul-betul menyamankan. Membuat hati terasa sejuk dan tenteram.Dan akupun mulai membayangkan. Kalau saja kesejukan ini bisa mendam di hatiku lama. Apalagi bila abadi. Kekal sampai di akhirat.
“Heh” desisku. “Zaman kini cari keabadian, di atas nama cinta? Omong kosong…”
Kepalaku goyang-goyang.
“Kenapa sih orang suka menyalahi zaman? Edanlah, katanya,” suara itu bergumam dalam desahan benakku. “Bukankah zaman tak boleh dipersalahkan? Orang di baliknya saja bukan, yang mempermainkannya di atas gerak lakunya?”
AKUPUN ingat fatamorgana cinta. Kelihatannya ada, tapi tiada. Tipuan mata dalam melihat sesuatu, memperdaya.
Ah .. kenapa sih mata sering menipu? Tak melihat di atas fakta? Butakah? Atau memang ingin membutakan untuk melupakan? Sehingga segala hakikat terlihat semu, buram, dalam bayang yang dibuat? tanda-tanda tak mengejawantah di atas nama hakekat dzat?
Aduh… gimana sih aku ini?
Bukankah tak melihat, sama dengan buta? Dan orang buta tak sama dengan orang yang melihat? Juga tak sama gelap gulita dengan cahaya?“Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidak (pula) sama gelap gulita dengan cahaya.” (QS 35:19-20)Ya lebih baik aku mengambil ancang-ancang. Tak boleh sembrono. Harus kuperhatikan dulu siapa dia. Tak boleh begitu saja langsung jatuh cinta. Apalagi pada pandangan pertama. Seperti kebanyakan orang dimabuk cinta, di dalam melihat fisik atau keterpesonaan sejenak. Baik melalui kata atau gerak tindak. Seperti aku ini.Ya. Ya. Aku harus hati-hati. Waspada. Sekarang banyak orang berpenampilan dan bergaya serta bertingkah laku seperti malaikat, nyatanya iblis yang menyelubung dalam selubung pakaian dan gaya akhiratnya. Amboii..
UNTUK HARI selanjutnya akupun lebih berhati-hati. Tak memperlihatkan gairah keterpesonaan diri terhadapnya.Tetapi ya ampun, bagaimana tidak?
Hatiku menggebu-gebu dilanda rindu. Apalagi bilamana kulihat ia sedang memimpin rapat, mengarahkan teman-teman untuk berbuat di atas landasan kebenaran yang ingin dituju.
“Kebenaran itu tak boleh dipermainkan teman-teman. Meskipun kalian digiur rayu. Lihat Rasul shalallahu ‘alaihi wasallam,” katanya saat menggambarkan kepribadian Rasulullah SAW. yang tak gampang dan mau dirayu, meskipun ditawarkan harta dan kedudukan. Apalagi perempuan. Sesuatu yang memang menjadi racun akan suksesnya sebuah cita-cita. Dimana banyak kaum lelaki menjadi hanyut, terbawa arus kuatnya rayuan.
“Perkuatlah dirimu dengan iman dan kesadaran, kawan-kawan. Jangan sampai cita-cita dan kegiatan kita menjadi hancur karenanya.” Katanya pula.
“Ya.Ya,” sambut teman mahasiswa lain dengan antusias. “Kita harus kompak. Jangan sampai terjebak.”
Lalu rencana kegiatanpun mulai dibentangkan. Apa program yang akan diprioritaskan. Bagi laki-laki dan perempuan. Masing-masing di atas peran dan fungsinya. Sesuai tugas kewajibannya. Sebagai dan selaku misi yang akan diemban.
NAH…bagaimana aku tidak bersimpati padanya? Sosok yang membuatku terpesona. Karisma wibawanya kentara. Laki-laki yang selama ini kudambakan. Dan akupun semakin tergila.
Tapi… bukankah aku sudah mulai mengenal nilai-nilai agama dan akhlak? Sejak teman mahasiswi sekampus mengajak aku mengaji. Dan aku beserta teman-teman itu jadi terbina. Menarik sekali cara pembinaan yang dilakukan mbakku itu. Bayangkan, yang tadinya kosong melompong dari nilai-nilai iman, sekarang mulai mengenal, mengetahui dan yakin. Setidak-tidaknya pengenalan terhadap Allah, Rasul shalallahu ‘alaihi wassallam. dan kehidupan, mulai bisa kucerap lewat hati dan akalku. Apalagi makna kedua syahadat itu. Persaksian dan pengakuan terhadap Allah sebagai Ilah yang patut dan harus diibadati. Dan Rasul-Nya SAW. sebagai utusan-Nya, yang harus dicontoh dan diikuti. Telah memateriku sedemikian rupa.
Tentu saja aku tak boleh menyembunyikan sesuatu di dalam hati. Atau membayang-bayang. Terlebih lagi, melakukan hubungan dalam status yang banyak kawan-kawanku mengatakan; pacaran. Naudzubillahi mindzalik!
Bukankah pacaran itu mendekatkan pada perzinahan? Sebagaimana yang dikatakan mbak, lewat kutipannya terhadap ayat al Qur’an surah tujuh belas ayat 32 itu?
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS 17:32)
Hi.. aku ngeri. Takut. Bukankah sebelum aku mengenal mbak, guru mengajiku itu, dulunya aku pernah mengembara di belantara hutan? Hampir-hampir aku tersesat dalam pukat hewannya. Betapa tidak? Aku sudah bersunyi-sunyi di situ. Berdua-duaan saja. Bagaimana aku tidak masuk dalam jerat nafsu pukatnya yang membara?
Tapi alhamdulillah Allah masih melindungiku. Dan aku tidak terlampau jauh tersesat di dalamnya.
Baru kutahu, ternyata berdua-duaan di tempat sunyi, memang membahayakan. Ketiganya setan:
“Janganlah seorang lelaki berduaan dengan perempuan (bukan mahram) karena yang ketiganya adalah setan.” (HR> bu Dawud)

“Janganlah laki-laki berduaan dengan perempuan (lain) kecuali perempuan itu didampingi mahramnya…………………….” (HR.> Muslim)
Bahkan, berjabatan tangan saja bisa dimurkai Allah!
“Barangsiapa berjabatan tangan dengan perempuan yang bukan mahramnya maka dia dimurkai Allah.” (HR> Ibnu Baabawih)
NAMUN AMPUN YA ALLAH, meski aku tak menjalin hubungan dengannya, melampaui kriteria batasanmu itu, sampai detik ini, terus terang, aku tak mampu untuk tidak menyimpan dirinya di dalam hatiku. Dalam bayang pikir dan ingatku. Karismanya begitu kuat menyentuh. Meluruh jiwaku dalam angan yang penuh.
Duhai… jika kiranya.. ia menjadi pasanganku. Suamiku? Pikir itu kadang terbetik. Sepertinya, aku sangat membutuhkan. Ingin berada di sampingnya selalu.
Tapi kutolak sendiri, kata sekiranya itu. Tidak. Aku tak boleh berandai-andai. Mengharap tanpa berbuat. Ia harus menjadi pasanganku. Jodohku. Teriakku agak sedikit mulai berpongah diri, di atas harap berbunga yang mengharum semerbak ke langit tinggi.
Lihat saja Siti Khadijah binti Khuwailid, pikirku. Bukankah ia berusaha mewujudjkan cintanya melalui sebuah pernikahan lewat informasi yang dimisikannya pada Nafisah binti Munabbih, untuk memancing perasaan dan kesediaan Muhammad? Laki-laki yang sangat mempesona di atas akhlak dan tingkah laku, sehingga mengundang pujian warga sekeliling atasnya, sebagai al–amin (terpercaya).
Padahal waktu itu, beliau SAW. belum diangkat menjadi Rasul. Orang yang telah bekerja pada Khadijah dengan membawa barang dagangannya dari Mekkah ke Syam. Memajukan bisnis perekonomiannya, dalam keberhasilan penjualan di atas prinsip kejujuran perdagangan? Tidak dusta, jujur, tidak mengambil keuntungan secara berlebihan di atas keserakahan sebuah sistem ekonomi seperti sekarang ini? Dimana yang satu menekan yang lain? Pemilik modal berbuat seenaknya di atas keringat pekerja, yang membantunya dalam kesuksesan perdagangan, tapi dibuat semena-mena. Di atas gaji yang tidak patut, dan tanggung jawab sosial yang buruk terhadapnya. Sehingga terjadi perseteruan di antara mereka. Pemilik modal dan sang proletar.
“Ya.ya.ya,” pikirku mantap. “Aku harus cari jalan.”
Dan akupun semakin rajin berdoa. Berharap. Bukankah kalau kita berharap dan berdoa pada-Nya, niscaya dikabulkan?
“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu………” (QS 40:60
LALU. HARI-HARI selanjutnya adalah hari-hari penuh doa dan harap. Dalam amal ibadah wajib dan sunnahnya. Termasuk shalat tahajjud di malam hari.
Dan pada sebahagian malam hari bershalat tahajjudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS 17:79)

“Bangunlah (untuk shalat) di malam hari kecuali sedikit (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih daripada seperdua itu. Dan bacalah al Qur’an itu dengan perlahan-lahan.” (QS 73:2-4)
Doaku pada Tuhanku, agar bisa dipertemukan dengannya. Supaya dianugerahi nikmat karunia-Nya, dalam wujud nyata sebuah pertemuan cinta. Pernikahan yang menjadi sunnah Rasul-Nya shalallahu

‘alaihi wasallam. Seperti sabdanya ini:

“Barangsiapa yang suka pada syari’atku, maka hendaklah mengikuti sunnahku (perjalananku, dan dari pada sunnahku ialah menikah.” (HR.> Baihaqi)

MASYAALLAH.. SUBHANALLAH, ALHAMDULILLAH, ALLAHU AKBAR, ternyata Allah telah mengabulkan permohonanku. Mbak, guru mengaji dan pembinaku itu, ternyata mengabarkan bahwa aku telah mendapat simpati dan keinginan seseorang di atas cintanya, yang akan menjadikanku istrinya.
Mau dan bersediakah kau menerimanya? Tanyanya seraya memberikan sebuah amplop berisi surat.
DUHAI… ternyata.. suami mbak guruku mengaji itu, adalah juga guru mengaji pria tersebut. Kala diketahuinya aku salah seorang murid dari istri gurunya, maka ia menyatakan keinginannya lewat surat dan biodata yang dititipkannya pada guru mengajinya. Suami dari mbak. Guru mengajiku.Di dalam surat itu, selain biodatanya secara jelas dibeberkan, maka diselipkan kalimat yang ia telah menaruh simpati padaku. Apalagi kami memang satu kegiatan dalam aktifitas kampus. Dan ia bermaksud mau melamarku jika aku bersedia menerimanya.
MasyaAllah ya Tuhan, rencana-Mu memang tak pernah ada yang mengetahui selain Engkau sendiri. Betapa Engkau memiliki ilmu yang tak dimiliki hamba-Mu. Dan Kau telah menciptakan pasang-pasangan semuanya. Termasuk pria dan wanita.
“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang mereka tidah ketahui.” (QS 36:36)
DAN YA ALLAH, semenjak aku meninggalkan segala yang tidak Kau sukai, memperbaiki diri dengan belajar agama-Mu, Dienullah, mencoba selalu berusaha berada di jalan-Mu, ternyata aku telah Kau anugerahi cinta yang tak terkotori. Kau wujudkan, malah, di dalam satu pertemuan cinta, dimana aku telah dilamar oleh orang tersebut. Yang kucinta dan mencintaiku pula. Dalam satu niat suci menikahi. Membentuk suatu rumah tangga sakinah denganku.
Ya Allah, aku bersyukur dan berterima kasih kepada-Mu ya Allah. Memuji-Mu dengan sepenuh rasa.

Dan ayat itupun semakin memperyakin, bahwa Allah tidak akan melupakan siapa dari hamba-Nya yang berkelakuan baik, berada di jalan-Nya. Membela agama-Nya, untuk ditolong-Nya.
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS 47:7) dipersuntingkan dengan orang yang sama. Di atas akhlak agama, dan amal ibadah yang baik serta nyata dalam kegiatan kesehariannya.
“………, dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki tang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)……………” (QS 24:26)
Ya Allah, betapa aku bersyukurnya, karena kehidupan selama ini, yang senang berada di belantara hutan kemaksiatan diri, di atas hura-hura dan dugemnya, telah kutinggalkan. Beralih dan berpindah kepada yang baik. Dan diridai-Nya.
Dan aku teringat salah seorang temanku, yang masih berada dalam belantara hutannya, ternyata mendapatkan pasangan suami yang sama seperti dirinya.
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula),…………. (QS 24:26) Hingga rumah tangganya yang kuketahui kemudian, serba kacau dan tidak menyenangkan. Apalagi membuatnya tenteram dan bahagia.

YA, siapakah lelaki yang mau dengan perempuan binal yang senang dengan aneka ragam pergaulan bebas di atas segala macam hura-hura kesenangan yang membawa pada kemaksiatan, bahkan kejahatan? meskipun laki-laki tersebut seorang bergajulan sekalipun! Karena pada dasarnya laki-laki itu menginginkan wanita baik-baik sebagai istrinya. Ibu untuk, dan dari anak-anaknya kelak. Dan bukan sebaliknya, wanita bebas bergajulan yang tak mengenal batas dalam pergaulannya!
PERTEMUAN CINTA itupun insyaallah terlaksana dalam ikatan yang suci dan diridai, dalam pernikahanku dengannya. Laki-laki yang selama ini menjadi tumpuan harapan!
Wallahu a’lam.

0 komentar:

go-top

Posting Komentar

 
 

Diseñado por: Compartidísimo
Con imágenes de: Scrappingmar©
This template is brought to you by : allblogtools.com

 
top